Bersusah-susah Dahulu, Bersantai Kemudian Di Curug Lawe Dan Curug Benowo

Penat dengan segala rutinitas harian yang membosankan dan merindukan nyanyian alam yang merdu membawa langkah kaki saya jauh masuk menuju  sebuah air terjun yang tersembunyi di balik rimbun hutan di bawah kaki gunung Ungaran. Menurut cerita yang saya dengar dari beberapa kawan, track yang harus dilalui untuk bisa mencapai air terjun ini sama sekali tak mudah. Kita hanya dapat mengandalkan kaki sendiri untuk menelusuri jalan setapak yang panjang dan cukup melelahkan. Tapi ketika hati sudah berkehendak tak ada lagi yang bisa menghentikan langkah kaki ini.

Awalnya akses menuju lokasi cukup mudah. Dari Semarang kami memacu mobil ke arah Sekaran, Gunung Pati. Kurang lebih 2 kilometer dari kantor kecamatan kami belok kiri dan mengikuti papan petunjuk yang ada. Untungnya sudah banyak papan petunjuk jalan tersebar sehingga memudahkan saya yang sama sekali belum familiar dengan daerah ini.

Setelah menitipkan mobil dipelataran parkir, perjalanan yang sesungguhnya baru dimulai. Dari pos pintu masuk kami berjalan melalui kebun cengkeh lagi hingga menemukan jalanan menurun. Setelah menuruni anak tangga kita akan mulai menemukan sebuah dunia yang baru. Tak ada lagi hingar bingar kota besar, hanya ada pepohonan yang lebat dan jalan setapak yang bersebelahan dengan jurang. Begitu rimbunnya pepohonan di sini bahkan sinar matahari pun tak sanggup menembus lebat hutan yang kami lalui.

Tak ada suara apapun selain kicauan burung dan suara khas beberapa serangga yang menemani perjalanan kami. Di tengah perjalanan saya menemukan sebuah jembatan kayu yang dibawahnya mengalir air yang digunakan sebagai irigasi sawah-sawah di sekitarnya. Sekilas jembatan kayu ini memang terlihat biasa saja, tapi entah lah bagi saya jembatan ini terlihat anggun sekaligus kokoh berdiri kokoh diantara lebat pepohonan di tengah hutan ini. Rasanya jembatan ini mengingatkan pada saya bahwa bahkan di hari segelap dan seberat apapun masih banyak hal-hal indah dalam hidup yang harus kita syukuri.

Rupanya jembatan merah ini menarik cukup banyak pengunjung untuk sejenak berhenti dan menikmati merdunya gemericik aliran sungai dyang mengalir deras dibawahnya. Tak lupa mereka pun mengambil selfie dan beberapa foto disini,


Setelah mengambil beberapa foto kami  melanjutkan  perjalanan. Masih terus berjalan makin jauh menembus hutan, kali ini kembali menemukan jalan setapak yang sangat sempit bahkan ketika kami berpapasan dengan orang lain kami harus berjalan bergantian. Di sisi kiri ada jurang yang menganga tanpa ada pagar pelindung. Sebaiknya kita memperlambat langkah kaki dan tetap waspada, terlebih saat musim hujan tiba, jalan setapak ini tentu akan semakin berbahaya untuk dilalui.

Untungnya di sisi kanan ada gemericik air dari anak sungai mengalir tenang, menghibur langkah kaki kami. Jalan yang harus dilalui memang berat dan panjang, ajaibnya tak terasa lelah sedikitpun berkat hiburan musik dari berbagai serangga dan tentunya aroma tanah dan kayu basah yang menyeruak. Ahhh... aroma yang selalu saya rindukan.

Semakin lama perjalanan semakin menanjak dan kian berat. Kali ini kami menemukan percabangan yang akan membawa kita menuju dua air terjun yang berbeda. Curug Lawe dan Curug Benowo. Cukup lama kami berdebat apakah akan mampir ke keduanya atau hanya memilih salah satunya. Setelah percabangan ini masih ada satu jam lagi perjalanan yang harus kami tempuh dan akhirnya kami memilih percabangan yang menuju Curug Lawe terlebih dahulu.


Jalanan masih menanjak dan sesekali kita akan menemukan aliran sungai dengan air terjun kecil yang seolah mengundang kami untuk berhenti sejenak. Sambil rehat sejenak kami pun melepas sepatu dan bermain air di sungai kecil ini.

Segarnya air pegunungan sukses memberantas lelah dan kami pun melanjutkan perjalanan. Dari kejauhan saya sudah mulai bisa mendengar suara air yang jatuh membentur bebatuan. Alhamdhulilah perjalanan hampir usai. Kami pun makin semangat berjalan.
Ternyata semua perjuangan berat tadi langsung terbayang lunas ketika Curug Lawe muncul dihadapan. Dari puncak bukit air mengalir di sela-sela bebatuan. Derasnya memenuhi sungai dan membasahi beberapa pengunjung yang tertawa kegirangan bermain di bawahnya. Tak perlu menunggu lama kami pun ikut bergabung dengan mereka.


Perjalanan belum berakhir. Masih ada satu air terjun menanti untuk dikunjungi. Kurang lebih 1 jam lagi perjalanan kami tempuh untuk sampai ke air terjun berikutnya, Curug Benowo. Tak perlu kembali ke percabangan tadi, karena ada jalur khusus bagi pengunjung Curug Lawe untuk melanjutkan perjalanan ke Curug Benowo, begitu pun sebaliknya.Curug Benowo ternyata tak kalah mempesona dari Curug Lawe. Tak heran bila kini semakin banyak saja pengunjung yang rela berlelah-lelah melalui track panjang ini demi menikmati keindahan dua Curug ini.

Menakjubkan ketika kita menikmati setiap proses yang harus kita lalui untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Seperti berat dan jauhnya perjalanan yang harus kita tempuh untuk dapat menikmati dua air terjun yang menakjubkan ini. Percayalah kawan, semua lelah itu akan bermuara pada kebahagiaan. Seperti kelelahan kami yang hilang saat ita bersentuhan langsung dengan Curug Benowo dan Curug Lawe. (Muna Sungkar)

Bagikan