Eksotisme Curug Gombong Yang Miliki Curug Lanang Dan Curug Wadon

Berlibur ke jalur Pantura tak melulu soal wisata Pantai. Jika Ingin berwisata mencari syahdunya gemercik suara air terjun, Curug Gombong di Kabupaten Batang bisa jadi opsi. Terlebih cantiknya pemandangan di sekitar Curug bisa menjadi pelepas penat sehabis menyusuri Pantura.

Akses menuju Curug Gombong bisa dibilang mudah dan minim perjuangan. Tak seperti curug-curug kebanyakan, Curug Gombong bisa dibilang sudah tertata. Akses dari Jalur Pantura pun cukup mudah, hanya sekitar lima kilo dari Pasar Subah menuju ke Selatan. Usai melewati beberapa tanjakan, nantinya akan ada petunjuk untuk memasuki are Curug. Dan dari jalan desa pun sudah banyak papan petunjuk menuju Curug.

Tak hanya itu, Curug Gombong juga menawarkan dua Curug sekaligus, Curug Lanang dan Curug Wadon. Curug Lanang sendiri berada di atas dan Curug Wadon berada di bawah. Dinamai Curug Lanang dikarenakan jika diamati di sekitar Curug Lanang banyak bebatuan yang mirip alat kelamin laki-laki. Sedangkan untuk warga menyebut Curug Wadon lantaran di samping bawah curug ada sebuah batu yang berasa di belakang air terjun yang mirip gua kecil. Warga menganggap gua kecil tersebut mirip dengan alat kelamin perempuan.  

Tipe kedua curug ini pun berbeda. Curug Lanang tidak memiliki Curug utama, ada beberapa aliran air di beberapa titik. Dan ketinggian curugnya sendiri sekitar enam meter. Sementara untuk Curug Wadon tingginya diperkirakan sekitar 18 meter dan hanya memiliki satu Curug yang aliran airnya cukup lebar. 

Jika di Curug Lanang struktur batuannya lebih mirip sususan batu kali bulat-bulat. Dimana aliran air curug keluar dari sela-sela batuan tersebut. Sementara untuk Curug Wadon air terjunnya mengalir dari aliran sungai yang berada di Curug Lanang. Curug yang cukup besar tersebut dikelilingi batuan dinding yang makin menambah eksotis kecantikan Curug Wadon. 

Akses ke kedua Curug ini cukup mudah. Bahkan untuk menuju Curug sudah dibuatkan semacam tangga dengan model cor semen. Sungguh tak membutuhkan perjuangan ekstra karena hanya jalan kaki sekitar 10 menit.

Pengunjung pun tak perlu repot merogoh kocek berlebih jika singgah di Curug Gombong. Pasalnya pengunjung hanya akan dikenai biaya retribusi Rp3 Ribu per orangnya. Bahkan jika datang di selain hari libur, masyarakat bisa menikmati Curug Gombong secara cuma-cuma. Lantaran saat ini untuk ticketing hanya beroperasi saat Weekend ataupun hari libur saja. 

"Untuk pengelolaan tiket pengunjung dilakukan tiap hari Minggu atau hari libur tanggal merah. Untuk hari biasa dibuka untuk umum dikarenakan kita dari pengelola mempertimbangkan upah dari pada petugas jaga, sedangkan di hari- biasa masih sepi pengunjung," jelas Pengelola Pokdarwis Curug Gombong, Doyo Santoso. 

Doyo menuturkan, sebelum dikelola warga, Curug Gombong terbilang cukup liar. Bahkan warga setempat pun enggan untuk menginjakkan kaki ke sana lantaran cukup angker. Namun seiring berjalannya waktu, setelah dikelola oleh pemerintah desa, kesan angker tersebut perlahan menghilang. 

Dengan dana swadaya dari desa, anggota karangtaruna mulai mengelola kawasan tersebut pada tahun 2005. Persawahan di sekitar Curug pun disulap menjadi lapangan sirkuit motorcros. Sejak itu nama Curug Gombong mulai mencuat dan semakin akrab di telinga masyarakat Batang. Hingga akhirnya pada  tahun 2016 Curug Gombong dijadikan ikon Kecamatan Pecalungan. Sehingga pemkab melalui kecamatan mendapat bantuan pembenahan kawasan wisata sebesar Rp1M untuk pembangunan  sarpras, seperti musala, toilet, tempat parkir dan akses jalan menuu air terjun.

"Dan pada tahun 2017 pemerintah desa saat itu membuka kawasan wisata Curug Gombong yang juga dihadiri oleh Bapak Bupati batang dan secara resmi dibuka untuk umum," jelasnya. (Nov)

 

Bagikan