Pasar Klewer, Pusat Sandang Kota Solo

Ajining diri saka lathi ajining raga saka busana, penghargaan diri bersumber dari lisan bagaimana cara kita berbicara sedangkan kehormatan raga berasal dari pakaian yang kita kenakan.

 

Mengapa sandang ditempatkan pada peringkat tertinggi kebutuhan primer manusia? Tidak sekedar sebagai pelindung dari panas dan dingin, Sandang adalah cermin makhluk berbudaya. Dalam filosofinya sandang bermakna sebuah keharusan menjaga perilaku yang beradab. Itulah mengapa letaknya lebih awal daripada pangan  (makanan) dan papan  (tempat tinggal) bagai arah kehidupan masyarakat Indonesia, Jawa pada khususnya.

Kota Solo sangat erat kaitannya dengan batik. Eksistensinya dalam produksi batik mampu meningkatkan citra Kota Solo baik secara nasional bahkan internasional. Traveller dari penjuru manapun pasti akan mengenal Surakarta dari kekentalan budaya termasuk batik didalamnya. Maka tidak berlebihan jika menempatkan Solo sebagai pusat sandang pulau Padi, kebetulan sekali memang berada di Jantung Hati Pulau Padi (Jawa Tengah),  bahkan Indonesia mengakui hal ini. Identitas ini tentunya tidak lepas dari adanya pusat-pusat perbelanjaan kain, batik, dan jenis mode busana lainnya di Kota Solo seperti:

  1. Pasar Klewer

 (Jl. DR Radjiman No 5A, Gajahan, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah)

  1. Beteng Trade Center (BTC)

(Jl Mayor Sunaryo, Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah)

  1. Pusat Grosir Solo (PGS)

(Jl Mayor Sunaryo, Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah)

 

Uniknya, ketiga pusat sandang ini berada di lokasi yang berdekatan. Masih sama-sama bergerak dalam pakaian, ketiganya berhasil menjadi pusat belanja bagi produk-produk tekstil dan pakaian jadi terutama produk-produk batik bagi masyarakat Solo dan kota lainnya, termasuk Jogja dan Pekalongan. Jika BTC dan PGS menjadi favorit para reseller yang menjual kembali dagangannya secara online ke berbagai wilayah di Indonesia. Maka Klewer menjadi destinasi para wisatawan yang penasaran dengan indahnya budaya kota Solo.

 

Pasar Klewer sebagai pusat sandang mempunyai perbedaan dengan BTC dan PGS, karena perjalanan sejarahnya yang  panjang. Melalui proses hidup mati dari zaman sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Tentu tidaklah mudah dihadapi oleh pasar yang menjadi saksi sejarah berdirinya kota Solo ini. Pasar yang memiliki lebih dari 3000 pedagang ini semula menjadi tempat pemberhentian kereta api dan dikenal dengan Pasar Slompretan (terompet).

Bukan tanpa rintangan, selain banyaknya pesaing, ternyata faktor unpredictable seperti kebakaran menjadi tantangan berat bagi para pelaku usaha. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Yohanes Kristantio Wibowo (25) Owner “RIA BATIK” sebagai penyedia segala jenis tren fashion terbesar di pasar Klewer dan Beteng Trade Center (BTC). Tidak dapat dipungkiri usahnya mengalami jatuh bangun berkali-kali akibat bencana sosial dalam dua dekade terakhir. Meskipun pada akhirnya bangkit kembali. Hal serupa juga dirasakan oleh ribuan pedagang di pasar yang mengambil nama dari  istilah klambi sing kleweran (baju yang bergelantungan dipundak) ini.

 

Memulai usaha itu mudah, yang sulit adalah mempertahankannya  jika berbicara pada keterbatasan yang sebagian besar dikeluhkan oleh orang yang akan memulai usaha, yaitu modal. Sebenarnya kurang tepat, karena langgeng tidaknya sebuah usaha bukan bergantung pada modal, artinya modal bukan satu-satunya faktor penentu. Kalaupun modal harus dijadikan sebagai penyumbang terbesar terhadap keberhasilan usaha, maka jangan definisikan modal hanya terbatas pada materi, uang dan setara kas misalnya. Memulai usaha butuh keyakinan! Itulah pelajaran berharga yang dapat kita ambil dengan menelusuri kawasan wisata belanja Pasar Klewer Surakarta.

“Kalaupun harus terjatuh, saya menyemangati diri sendiri bahwa ini bukan kali pertama, saya dan teman-teman pasti dapat melewatinya”. Kalimat optimis yang diucapkan oleh Yohanes dalam ketidakpastian ekonomi-wisata akibat wabah COVID-19 seperti sekarang ini. (Wiwin)

Bagikan