Rotan, Karya Istimewa Desa Wisata Trangsan
Desa Trangsan di kecamatan Gatak, kabupaten Sukoharjo sudah dikenal sebagai industri rotan. Desa yang terletak di 10- 15 km sebelah barat laut dari pusat kota Sukoharjo ini sudah menjadi pusat mebel rotan sejak tahun 1940an atau setara dengan periode akhir zaman kolonial Belanda. Berkat uluran tangan pihak Keraton Kasunanan Surakarta, industri pengolahan rotan di Desa Trangsan dapat berkembang dan berubah menjadi sentra industri pengolahan rotan terbesar di Jawa Tengah seiring mulai berkurangnnya lahan pertanian dan bertambahnya jumlah penduduk.
Desa Rotan Trangsan mengalamai puncak kejayaannya pada awal tahun 1990an hingga awal 2000an. Dalam satu dekade itulah produksi mebel dari bahan rotan dalam skala kecil berkembang menjadi industri rotan hingga berada di peringkat 8 besar pemasok mebel ke berbagai negara pada tahun 2006. Industri rotan di Desa Trangsan juga berpengaruh positif terhadap kondisi perekonomian masyarakat sekitar bahkan luar daerah seperti Wonogiri dan Klaten yang terdampak dari sisi ketenagakerjaan.
Melemahnya perekonomian global sejak tahun 2008 hingga menurunnya permintaan furniture rotan pada tahun 2015 telah melahirkan gagasan baru untuk didirikannya desa wisata berbasis edukasi tentang kerajinan rotan. Ide kreatif sebagai langkah alternatif tersebut dirancang oleh pengurus koperasi Manunggal Jaya dan ketua klaster kerajinan rotan yang didampingi oleh Bank Indonesia sebagai bentuk pemulihan ekonomi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang terpuruk. Usaha bertahan dari kerasnya persaingan global diatasi dengan me-launching “Desa Wisata Rotan Trangsan” pada 16 Oktober 2016 diharapkan dapat menjadi penopang perekonomian. Masyarakat akan tetap mendapat pemasukan dari adanya desa wisata rotan meskipun ekspor kerajinan rotan ke mancanegara turun.
Terbentuknya Desa Wisata Rotan Trangsan memang belum lama, namun jangan salah sentra industri pengolahan rotan terbesar di Jawa Tengah ini bersungguh-sungguh mengembangkan potensi ekonomi wisatanya. Hal ini terbukti dengan adanya fasilitas gratis dari penduduk setempat untuk untuk mengenalkan kepada wisatawan bahwa kerajinan rotan dan furniture dari rotan juga bisa eksis di masyarakat lokal karena kualitasnya tidak kalah dengan furniture yang terbuat dari kayu. Karakter welcome kepada semua pengunjung menjadi alasan mengapa kita harus merotan di Desa Trangsan karena memberikan pengalaman berharga kepada pengunjung.
Hingga saat ini terdapat lebih dari 600 orang atau sekitar 30% penduduk desa Trangsan yang berprofesi sebagai pengrajin rotan. Keterampilan ini umumnya diwariskan secara turun temurun dari keluarga yang sudah sejak dulu menekuni home industry rotan. Ketelatenan masyarakat inilah yang mampu menjadikan kerajinan rotan asal Desa Trangsan menjadi produk unggulan kabupaten Sukoharjo meski bahan baku memang masih didatangkan dari luar daerah seperti Surabaya dan beberapa kota di pulau Sulawesi.
Kemudahan mengakses lokasi serta keterbukaan masyarakat setempat yang mengizinkan pengunjung melihat langsung proses produksi kerajinan rotan mulai dari tahap awal hingga akhir menjadi keunikan bagi sentra industri kerajinan rotan di Desa Trangsan yang jumlah kunjungan setiap tahunnya mencapai 6.000-7.000 orang dengan mayoritas status sebagai pelajar. Hal menarik lainnya yang tidak boleh dilewatkan oleh kaum muda adalah mendesain sendiri produk berbahan dasar rotan yang ingin dibeli. Tidak hanya perabot rumah tangga, di sini pengunjung bebas merancang aksesoris fashion seperti tas, kotak make up, gelang, dompet, dan topi dari rotan. Bagaimana? Sudah mulai suka dengan rotan kan? Agendakan segera! Tidak butuh tiket berbayar untuk memasuki surga rotan di Sukoharjo ini. (Wiwin)