Kota Lama Semarang Little Netherland Yang Menawarkan Pesona Bangunan Kuno Era Kolonial

Berwisata di Kota Semmarang, belum lengkap rasanya jika belum mengunjungi Kota Lama. Inilah destinasi wisata utama Kota Semarang yang berhasil direvitalisasi oleh pemerintah untuk menggenjot wisata Jawa Tengah.

RIA DAMAYANTI, 24, pelancong asal Bandung, Jawa Barat, tak henti-hentinya berswafoto di depan gedung Marba. Salah satu bangunan kuno yang ada di Kota Lama. Ria dan temannya, Ligar, 23, bergantian saling berswafoto, dengan latarbelakang bangunan kuno Kota Lama.

Puas dengan background gedung Marba, keduanya geser ke bangunan Gereja Blenduk, lantas Spiegel, Jiwasraya dan tidak lupa, keduanya berfoto di rumah akar. “Bangunannya bagus-bagus, terawat. Antara satu bangunan dengan bangunan lain, saling berdekatan.  Jadi jalannya tidak capek,” ucap Ria yang mengaku baru kali pertama mengunjungi Kota Lama.

Ligar yang warga Jakarta mengakui, Kota Lama Semarang jauh lebih menarik dibandingkan Kota Toea  Jakarta. “Kalau di Kota Toea bangunannya memang besar-besar karena dulu di sana pusat pemerintahan. Hanya saja, antara satu bangunan dengan bangunan lain, jaraknya agak jauh. Kalau di Kota Lama kan dekat, banyak lorong dan corak bangunannya sangat khas, Eropa,” ucap Ligar yang mengaku direkomendasi temannya untuk mengunjungi Kota Lama.

Ria dan Ligar hanya dua pelancong di antara ratusan pelancong yang memadati  Kota Lama, yang pada Minggu sore, 21 Januari 2024 lalu, berwisata di Kota Lama. Untuk sekadar memenuhi kebutuhan eksistensi dunia maya, Kota Lama menjadi pilihan yang tepat. Foto-foto dengan background bangunan bersejarah sangat menarik jika diunggah di media sosial.

Banyaknya bangunan eksotik khas Eropa yang berderet di sepanjang kawasan bersejarah itu, bisa menjadi spot foto yang menarik.  Di sejumlah titik juga banyak ornamen pendukung spot foto rasa Eropa. Cukup membayar seikhlasnya, pelancong bisa mengabadikan momen dengan menggunakan ornamen itu. Seperti becak zaman dulu, sepeda kuno, mobil kuno, dan lainnya. 

Ya, Kota Lama Semarang memiliki daya pikat tersendiri untuk membuat wisatawan betah berlama-lama di sana. Buat Anda yang menyukai wisata sejarah, kawasan ini bisa merupakan pilihan tepat. Sejak dulu Kota Semarang sudah bersinar sebagai kota pelabuhan, sehingga dipenuhi dengan peninggalan kolonial Belanda yang masih sangat terawat hingga sekarang.

Para pelancong atau wisatawan bakal disuguhi puluhan bangunan bergaya arsitektur Eropa, sebagai bukti peradaban kolonial Belanda di Semarang. Saking ikoniknya kawasan ini sehingga kerap dijuluki sebagai Little Netherland-nya Kota Semarang.

Tidak hanya Ria dan Ligar yang pada sore itu sangat menikmati Kota Lama. Wisatawan asal Surabaya, Guntur dan Widhi, juga sama. Sebagai eksekutif muda yang bekerja di dunia pertelevisian, keduanya mengaku sangat enjoy menikmati Kota Lama.

“Di sini, bangunannya berfungsi. Tidak hanya dilihat dan difoto. Tapi bisa dirasakan karena sebagian sudah difungsikan untuk tempat kuliner dan hiburan,” kata Guntur yang sore itu menyempatkan minum wine di Spiegel Bar and Resto. Spiegel termasuk salah satu banguan di Kota Lama yang cukup ikonik. Kini, bangunan itu difungsikan sebagai bar and resto.

Masih banyak bangunan kuno lainnya yang terawat, namun juga dialihfungsikan sebagai  tempat hiburan. “Dan, nilai plusnya justru di situ. Beda dengan bangunan kuno di kota lain yang hanya sebatas bangunan kuno, tapi wisatawan hanya bisa melihatnya dari luar dan memfotonya saja,” ucap Widhi.

Dari catatan literatur yang ada, Kawasan Kota Lama Semarang dulu disebut juga Oude Stad. Luas kawasan ini sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi geografi, tampak kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya. Sehingga tampak seperti kota tersendiri.

Kawasan Kota Lama Semarang menjadi saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad. Lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi dan Stasiun Tawang. Di kawasan ini, ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri kokoh dan masing-masing mempunyai cerita tersendiri.

Gedung Marabunta, misalnya, yang memiliki  cerita bahwa dulunya merupakan tempat hiburan orang-orang Belanda. Sayangnya, Gedung Marabunta saat ini hanya menyisakan ikon patung semut merah besar saja. Gedungnya sendiri sudah ambruk di makan usia. Replika semut merah besar, diletakkan di gedung sebelahnya yang menjadi bar dan resto.

Secara umum, karakter bangunan di Kota Lama bergaya arsitektur Eropa era 1700-an. Cirinya, pada penggunan pilar-pilar besar, pintu dan jendela yang ukurannya luar biasa jumbo, kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah.

Jika dilihat dari sejarahnya, kawasan ini merupakan cikal bakal dari pembangunan Kota Semarang. Pusat dari kawasan Kota Lama berada di Taman Srigunting. Sebuah taman yang letaknya berada di jantungnya Kota Lama.

“Kelihatannya  taman ini dulu merupakan lapangan bernama Parade Plein. Besar kemungkinan, kerap digunakan untuk parade militer. Sebab, tidak jauh dari lokasi ini, ada barak militer,” kata Ega, pelancong yang berlatarbelakang mahasiswi sejarah. Kata Ega, sebelum menjadi lapangan, taman ini memiliki fungsi sebagai kerkhof atau pemakaman warga Eropa. Nah, pada awal abad 19, kerkhof dipindah ke daerah Pengapon 1.

Selain disuguhi panorama megahnya bangunan kuno yang ikonik, para pelancong juga bisa menikmati Taman Srigunting. Pun, bagi pelancong yang ingin berburu barang-barang jadul, bisa mencarinya di pasar klitikan yang menempati bangunan kuno di belakang Gereja Blenduk. Di sana juga banyak produk UMKM khas Kota Semarang. Salah satunya, batik Semarangan.

Di kawasan Kota Lama juga banyak kafe, resto, dan bar yang menawarkan banyak menu kuliner. Bahkan, tempat hiburan malam pun tersedia. “Kalau malam hari, Kota Lama sudah seperti di Bali. Banyak orang lalu lalang, nongkrong depan kafe di bangunan kuno, sambil menikmati minuman dan makanan,” kata Eko, warga sekitar Kota Lama, yang berjualan angkringan di sekitar Kota Lama. 

Eko mengakui, setelah direvitalisasi, Kota Lama jauh lebih hidup. Sehari-hari, utamanya pada sore hari, Kota Lama dipenuhi pelancong. Apalagi juga weekenda dan musim liburan. “Wisata di sini murah. Masuknya kan gratis.Paling Cuma parkir yang ada di kantong-kantong parkir. Soal keamanan juga terjamin. Ada pos polisi dan Satpol di sini,” ucap Eko.  Bagi yang ingin bermalam, di Kota Lama saat ini sudah berdiri kokoh bangunan hotel. Namanya Kotla.

Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Wing Wiyarso Poespojoedho mengatakan, Kota Lama Semarang saat ini masih peringkat pertama di kunjungan wisata di Jawa Tengah.

Menurut pria berkacamata yang akrab dipanggil Wing ini, Kota Lama masih menjadi destinasi wisata andalan yang menjadi jujugan wisatawan di Kota Atlas.

Wing menyampaikan, kawasan Kota Lama juga masuk dalam 10 besar daftar objek wisata favorit, diikuti Kelenteng Sam Poo Kong, Museum Lawang Sewu, Semarang Zoo, Goa Kreo, dan Pantai Marina.

"Sebenarnya banyak. Masih ada beberapa lagi destinasi wisata baru yang sekarang sudah mulai kami dorong dan beri motivasi para pengelola atau pokdarwis (kelompok sadar wisata) agar intens meningkatkan kunjungan wisatawan," katanya.

Termasuk, upaya untuk mengenalkan pariwisata di Jawa Tengah. Lebih khusus lagi, mengenalkan dan mempromosikan destinasi wisata di Kota Semarang. Semua upaya itu dalam rangka meningkatkan kunjungan wisata ke Jawa Tengah. Kota Lama juga masuk 10 program prioritas yang terus didorong untuk menjadi salah satu wisata andalan di Jawa Tengah.

Sumber : https://radarsemarang.jawapos.com/semarang/724014175/kota-lama-semarang-little-netherland-yang-menawarkan-pesona-bangunan-kuno-era-kolonial?page=2

Bagikan