Nikmatnya Kuliner Malam Sate Laler Di Rembang

Wisata kuliner di Kabupaten Rembang memang beraneka ragam. Ada yang cocok dijadikan menu sarapan atau makan siang, seperti Lontong Tuyuhan. Selan itu, bagi pecinta sate, di Rebang ada sate srepeh. Dua makanan itu biasanya bisa dijumpai antara pagi sampai siang. Soal kuliner malam, jangan khawatir, Rembang punya wisata kuliner yang patut dijajal.

Jika Anda sedang berlibur di Rembang dan mengagendakan menginap, tak ada salahnya mencoba kulineran malam. Salah satu kudapan yang patut dijajal adalah sate laler. Menu makan malam yang relatif mudah dijumpai di area Rembang Kota.

Kuliner satu ini memang cocok untuk menu makam malam. Apalagi, memasuki penghujung tahun seperti saat ini, cuaca di Rembang kerap diguyur hujan. Rintik-rintik tipis juga sering menghiasi malam. Salah satu kuliner yang cocok menemani santap malam ditengah hawa seperti ini adalah Sate Laler. Makanan ini bisa dibilang street foodnya Rembang karena bisa dijumpai di pinggir-pinggir jalan.

Biasanya, penjual Sate Laler bisa ditemui di area Jalan Kartini. Si penjual menempatkan dagangannya di depan ruko atau kios-kios yang sudah tutup. Mereka menggunakan pikulan. Kemudian ada juga memakai lampu uplik sebagai penerangan. Di sampingnya, digelar tikar untuk lesehan. Memang terkesan tradisional.

Sate laler secara umum memang seperti sate kambing. Hanya saja, ukuran potongan setiap dagingnya relatif lebih kecil.

Pengunjung bisa menikmati kuliner malam ini dengan lesehan di tikar sambil menikmati hilir mudik kendaraan dan suasana malam di Kota Rembang. Atau kalau pingin dibungkus juga tak ada salahnya.  Si Penjual akan langsung membakar pesanan sate laler di tempat. Satu porsi biasanya 10 tusuk. Setiap tusuknya ada yang diisi daging, lemak, atau hati.

Tak menunggu lama, sekitar 10-15 menit menu makan malam anda sudah siap dinikmati. Sate laler bisa disajikan di atas cobek yang terbuat dari tanah liat. Sama seperti sate kambing, bumbu yang digunakan adalah sambal kecap. Dengan irisan bawang hingga tomat. Tingkat kepedasannya bisa request lho.

Yang bikin beda, untuk nasi disajikan terpisah dengan dibungkus daun Jati. Biasanya sudah disiapkan di tikar-tikar lesehan. Satu porsi nasinya ukurannya mirip dua kali nasi kucing.

Sensasi hangat dan gurihnya daging kambing langsung mewarnai suapan pertama. Apalagi kalau sampai tusuk yang bagian lemak. Rasanya makin nyess. Sensasi pedas manis sambal kecap juga begitu nendang. Jika ditambah dengan irisan tomat rasanya lebih segar. Ada asam-asamnya.

Kulineran ini bisa ditemui sekitar habis Maghrib sampai tengah malam. Terkadang ada juga penjual yang masih buka sampai dini hari.  Jadi, jangan kuatir, masih ada waktu yang cukup longgar jika hendak berkeliling kota terlebih dahulu sebelum bersantap malam. (Vachri/ Kontributor)

Bagikan