Pesona Candi Gedongsongo, Tawarkan Wisata Alam Dan Peninggalan Peradaban Jawa Kuno

Mengunjungi wisata Jawa Tengah, rasanya belum lengkap, jika belum mengunjungi destinasi wisata satu ini: Candi Gedongsongo.

Kicau burung yang saling bersahutan, di antara rerimbunan pohon yang membekap kawasan Candi Gedongsongo di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, menyambut para pelancong yang pada akhir pekan lalu (20/01/2024) mengunjungi warisan peradaban Jawa Kuno, itu.

Pukul 09.00, kabut tipis masih menyelimuti Gedongsongo. Aroma tanah basah menawarkan sensasi kedamaian semesta yang sangat indah. Sisa hujan yang turun sejak Shubuh, membuat cuaca pagi itu masih sangat adem. “Dingin sekali di sini,” ucap Maria, 32, pelancong asal Jakarta, sembari menakupkan ujung jaket tebalnya.

Maria, Regina, dan keluarga menyewa kuda untuk mengelilingi area Candi Gedongsongo. “Kalau jalan pasti capek, karena jalannya nanjak,” ucap Maria. Karena itu, ia memutuskan untuk menunggang kuda sewaan yang ditawarkan warga.

Candi Gedongsongo menempati area seluas 230 ribu meter persegi. Dari satu candi ke candi lainnya, Maria dan pengunjung lainnya, mendapatkan cerita dari pemandu wisata. Maria, Regina dan keluarga lantas diajak trekking dari candi 1 ke candi lima.

Candi Gedongsongo sarat nilai sejarah dan budaya. Gedongsongo berasal dari Bahasa Jawa. Gedong artinya bangunan atau rumah. Sedangkan kata Songo berarti sembilan. “Jadi, candi ini memiliki arti candi yang berjumlah sembilan,” kata Rina, sang pemandu wisata. Hanya saja, meski namanya Candi Gedongsongo, saat ini hanya ada lima kelompok candi yang masih utuh. Candi peninggalan budaya Hindu ini, baru ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada 1804.

Dilihat dari arsitekturnya, Candi Gedongsongo diperkirakan dibangun pada abad ke 7 sampai 9 Masehi. Candi ini memiliki ciri arsitektur seperti candi Hindu pada umumnya. Yakni, bentuk puncaknya meruncing, berbentuk tabung atau disebut ratna.

Terdiri atas tiga tingkatan. Yaitu: kaki candi, tubuh candi, dan atas candi yang disebut dengan istilah Bhurloka, Bhuvarloka dan Svarloka sesuai konsep pengajaran Hindu.

“Bhurloka artinya dunia manusia yang masih terpengaruh hawa nafsu. Bhuvarloka artinya dunia di mana manusia mulai menyucikan diri namun belum sempurna,” ucap Rina, memberi penjelasan. Nah, tingkat terakhir, Svarloka merupakan tingkatan kesempurnaan dari perjalanan hidup manusia. “Atau bisa juga diartikan tempat para dewa.”

Maria dan keluarga, menyempatkan untuk mengunjungi sejumlah wisata di Jawa Tengah. Ia yang tengah cuti, mengajak keluarga untuk menikmati panorama Candi Gedongsongo. Staycation di Kota Semarang, Maria dan keluarga tertarik mengunjungi Candi Gedongsongo di Kabupaten Semarang, karena menawarkan pesona wisata alam yang penuh misteri. “Di sini, sepertinya saya mendapatkan suasana yang saya cari. Jauh dari hiruk pikuk, adem, dingin, dan sunyi,” tutur Regina, kerabat dekat Maria.

Bagi Regina, mengunjungi Candi Gedongsongo, selain menikmati suasana alam, sekaligus merasakan warisan peradabatan Jawa Kuno. “Bangunan-bangunan candi di sini (Gedongsongo) bagi saya, arsitekturnya luar biasa,” ucap Regina, yang merasa masih kedinginan. 

Kawasan Candi Gedongsongo berhawa sejuk karena lokasinya di lereng Gunung Ungaran. Selain menikmati pemandangan, pengunjung Gedongsongo bisa menikmati aktivitas wisata lainnya. Seperti berendam di kolam rendam air panas yang bersumber dari mata air Gunung Ungaran.

Pengunjung juga bisa berfoto-foto di sejumlah spot foto/wahana buatan. Beragam fasilitas ada di kawasan Gedongsongo. Mulai dari rumah makan, toilet, papan informasi, mushola, tempat sampah, lahan parkir yang luas, toko souvenir dan penginapan yang berada di sekitar kawasan Gedongsongo.

Tidak jauh dari area Candi I, pelancong akan menemukan area wisata Ayanaz Gedongsongo. Area ini menawarkan spot foto yang unik dan menarik. Di Ayanaz, pelancong bisa menikmati wisata kekinian dan instagramable.

Bagi penyuka air panas, pelancong bisa singgah di Vanaprastha, menyajikan wisata hutan pohon pinus yang sangat asri. Berada tepat di bawah lereng gunung Ungaran. Vanaprastha juga menawarkan berbagai aktivitas. Pelancong bisa menginap karena tersedia villa, camping ground, playground untuk anak-anak, gazebo serta kursi santai.

Tidak hanya itu, pelancong juga bisa menikmati makanan khas setempat. UMKM lokal yang menawarkan kekhasan produk, baik suvenir maupun kuliner, menawarkan harga yang terjangkau dan keramahan layanan. “Monggo silakan mampir, kami punya produk souvenir khas Candi Gesongsongo,” ucap Ratna, menawarkan dagangan di kiosnya.

Bupati Semarang, H. Ngesti Nugraha, SH, MH menyampaikan, Candi Gesongsongo terus dikembangkan untuk menggenjot pariwisata di Jawa Tengah pada umumnya. “Dan, di Kabupaten Semarang pada khususnya,” ucap Bupati Ngesti.

Pembenahan yang sudah dilakukan Pemkab Semarang melalui dinas terkait, dalam rangka menyukseskan Gerakan Menuju 100 Smart City untuk Destinasi Wisata Prioritas dan Ibukota Negara.

“Kami akan terus mengembangkan destinasi wisata yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Semarang, salah satunya ya Candi Gedongsongo dan desa wisata,” kata Bupati Ngesti. Candi Gedongsongo kini menjadi salah satu destinasi wisata yang sudah ramah difabel. Termasuk dalam 10 program prioritas wisata untuk menggenjot wisata di Jawa Tengah.

Setiap tahun, di kasawan Candi Gesongsongo juga terdapat ritual resik-resik candi. Momen resminya berlabel Festival Gedongsongo. “Event ini sangat ditunggu-tunggu pengunjung,” kata Bupati Ngesti. Juga dalam rangka mengenalkan pariwisata Jawa Tengah dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah.

Dalam rangkaian spektakuler seni budaya ini, wisatawan bakal disuguhi serangkaian kegiatan yang memukau. Di antaranya, kirab hasil bumi, pertunjukan tarian, dan yang paling ditunggu-tunggu, ritual resik-resik candi.

Prosesi resik-resik candi, dimulai dengan kemegahan kirab tumpeng dan gunungan hasil bumi. Prosesi penuh makna ini berlanjut hingga pelataran Candi 1, sembari melangitkan doa-doa yang menggugah hati.

“Ritual ini sangat istimewa karena menggunakan air suci dari tiga mata air yang memiliki makna mendalam,” kata Ngatno, juru lestari Candi Gedongsongo. Ia menuturkan, resik-resik candi sejatinya bukan mata pembersihan fisik. “Melainkan upacara spiritual yang mendalam.” Ngatno melanjutkan, penggunaan air dari tiga mata air melambangkan kebersihan, kesucian, dan ketulusan hati. “Yang diperkuat dengan doa-doa,” tuturnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Wiwin Sulistyowati menyampaikan, Festival Gedongsongo merupakan salah satu magnet utama pihaknya untuk mengundang wisatawan mengunjungi Gedongsongo.

 

Sumber : https://radarsemarang.jawapos.com/ungaran/724011068/pesona-candi-gedongsongo-tawarkan-wisata-alam-dan-peninggalan-peradaban-jawa-kuno

Bagikan