Desa Wirun Sukoharjo: Mengenal Budaya Jawa Lewat Alat Musik Gamelan

Selamat datang di kawasan Industri Gamelan, Desa Wirun, Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Desa Wirun menjadi satu-satunya sentra industri gamelan di Jawa Tengah yang berkembang sejak tahun 1954 dan memiliki belasan besalen (pengrajin) hingga sekarang. 

Sesuai dengan julukan yang melekat, desa ini mendunia karena kerajinan gamelan yang mampu menarik wisatawan nusantara dan mancanegara untuk berkunjung. Tidak sekedar memberikan citra populer kepada publik, industri kerajinan gamelan desa Wirun juga memberikan kontribusi dalam perekonomian masyarakat serta upaya melestarikan budaya asli bangsa Indonesia.

Di Desa Wirun inilah pengunjung dapat menyaksikan kegiatan mengolah bahan-bahan baku menjadi perangkat alat musik yang memiliki nilai penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Perunggu yang merupakan paduan tembaga dan timah dari pulau Bangka digunakan sebagai bahan baku di besalen Panji Pamungkas milik Pak Sahli. Pembuatan gamelan sengaja tidak menggunakan bahan kuningan (paduan tembaga dan seng) maupun besi, demi menjaga kualitas barang.

Dikutip dari pariwisatasolo.surakarta.go.id, proses pembuatan gamelan dimulai dengan memasak bahan timah dan tembang untuk membuat lempengan. Kedua bahan tersebut dimasak di dalam wadah yang terbuat dari tanah liat hingga meleleh dan menghasilkan campuran yang pas, lalu dituang ke dalam cetakan. Setelah dingin, campuran dikeluarkan dari cetakan menjadi plat. Plat inilah yang kemudian dipanaskan berulang lalu ditempa hingga menghasilkan bentuk yang diinginkan. Proses penempaan plat hingga menghasilkan bentuk yang diinginkan membutuhkan waktu sekitar dua jam dengan melibatkan sekitar sekitar 7-9 pekerja.

Proses selanjutnya adalah pengaturan nada gamelan sesuai dengan standar bunyi yang sudah ada. Uniknya, pengaturan nada masih berdasar insting. Tentu saja tahap ini membutuhkan keahlian tertentu. Tak heran jika kesulitan dan lama waktu pembuatan gamelan membuat harganya tak main-main. Satu set gamelan berjumlah sekitar 26 item dibuat dalam tempo 3-4 bulan dan dibanderol sekitar Rp 300 juta lebih.

Ada beberapa fakta menarik tentang gamelan, yakni menjadi media penyebaran Islam pada masa sunan Kalijaga. Salah satu tradisi yang masih lestari ialah acara Sekaten atau peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang masih beriringkan gamelan. Selain itu, dahulu kepemilikan gamelan ageng terbatas untuk  kalangan  istana. Kini, siapapun  yang  berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan pusaka. (Wiwin/Kontributor)

 

Bagikan